Antologi Cerpen Bias Amarah
PENULIS: Lastriel
Ukuran : 14 x 21 cm
ISBN : 978-623-251-259-7
Terbit : Januari 2020
Harga : Rp 66000
www.guepedia.com
Sinopsis:
“Bah! Bisanya rupanya kau kerja? Masih kecil pun kau, apa yang kau bisa kerjakan? Kalau kuterima biasa rugilah aku. Gajimu mesti pula sama dengan yang lain.” Itulah kata yang dilontarkan Tulang Parhutala kepadaku. Beliau memang seorang juragan yang sawahnya sangat luas di kampong kami. Dengan ragu aku meminta tolong untuk dipekerjakan separuh waktu.
Ocehan dan sumpah serapah yang kerap keluar dari mulut tetangga tak kalah pedasnya, “Sudah omakmu janda, sok menyekolahkan kalian lagi dia. Lumayan punya uang. Untuk makan aja pun masih susah kali. Anaknya bukannya satu atau dua orang yang sekolah. Semuanya sekolah. Macam sombong kali. Apa rupanya yang mau kalian pamerkan. Bapak kalian pun sudah tak ada.”
Perih hatiku aku mendengar itu semua. “Sabar Tiur. Sabar. Tunggulah masanya Tiur,” gumamku menenangkan diri sendiri.
***
Gadis cantik itu berlari keluar ruangan. Saat mendapatiku yang tengah menguping, wajahnya penuh amarah benci seolah aku adalah makhluk menjijikan baginya. Dia pun pergi.
Tak berapa lama “ Reen…kamu…ngapain di sini?” Kiky tampak terkejut dan gugup.
“Ya. Aku udah tahu jawabannya sekarang” ucapku menangis sembari menahan rasa sakit hati yang mengalahkan rasa sakit di kepalaku.
“Jawaban apa maksud kamu Reen?”
“Ya. Aku...aku tahu. Aku ingat semua sekarang. Kalau aku nggak pernah tahu, bukan aku aja yang memendam rasa sakit karena mencintai sahabatku sendiri.”
***
“Berapa lama?” Tanya Dian pada Arman kekasihnya.
“Entahlah mungkin akan memakan waktu lebih dari setahun. Jadi kita nggak akan bisa ketemu juga selama itu”.
“Oh. Aku mengerti”.
“Berarti kamu udah siap dengan konsekuensinya?”
“Ya. Tapi, kamu paling tahu aku nggak bisa yang namanya long distance”.
“So kamu mau kita putus?”
“Bukan...bukan itu maksud aku. Aku rasa kita nggak perlu putus.”
Aih, raib sudah harapanku…
***
Pasalnya dulu pernikahannya ditentang keras oleh ibunya. Alasannya karena ia tak suka dengan Dorma sebagai hela-menantu laki-laki lantaran Dorma dibesarkan di panti asuhan yang tak jelas asal-usulnya.
“Tak pantas kau bersanding dengan dia, Marta! Patutnya kau itu pacaran saja dengan anak namborumu. Sudah kaya, baik, tampan dan berasal dari keluarga kita. Kehidupannya lebih jelas. Sementara si Dorma itu cuman orang miskin yang tak jelas asal-usulnya. Pekerjaanya pun hanya seorang tukang pupuk. Untuk apa kau dikuliahkan ke Medan sana kalau dapatmu tetap juga orang yang tak punya seperti itu. Pakai otakmu Marta!” ucap ibunya ketika ibunya tahu ia tengah berkencan dengan Dorma.
www.guepedia.com
Email : guepedia@gmail.com
WA di 081287602508
Happy shopping & reading
Enjoy your day, guys