Novel ini menceritakan tentang dua orang gadis remaja yang memiliki beberapa kesamaan takdir. Banyak hal yang selalu mereka lewati bersama. Tisa, dia menangis sejak pulang sekolah karena diputuskan oleh Kak Rahman. Alasan yang klasik, membuat Tisa tak bisa menerimanya begitu saja.

Aleta, sahabat Tisa pun merasakan hal yang sama beberapa hari setelahnya. Padahal awalnya Aleta menertawakan Tisa yang menangis seharian. Ini karma, begitu yang terlintas di pikiran Aleta. Gadis itu harus merelakan hubungannya dengan Rafa, cowok SMA sebelah. Hari-hari yang dilewati setelahnya terasa hambar. Apalagi saat Ibu Aleta mengalami kecelakaan pesawat yang mengakibatkan kakinya lumpuh sementara.

Kak Nanan, seorang kakak yang selalu menguatkan Aleta setiap waktu. Kerja keras yang dilakukannya hanya untuk menyembuhkan sang ibu. Sebab, mereka sudah tak memiliki ayah lagi. Kakak-beradik itu mati-matian mengumpulkan tabungan demi biaya fisioterapi. Hati yang tak bisa ditebak, terasa begitu nyata saat kehadiran cinta pertama Aleta dalam kehidupannya.

Kak Ferdi. Orang itu datang kembali setelah sekian lama menghilang. Memutuskan hubungan ‘cinta monyet’ di antara mereka, hingga membuat Aleta tak bisa melupakannya begitu saja. Semenjak kehadiran Kak Ferdi. Aleta sadar, rasanya yang dahulu masih mengakar hebat. Meskipun kecewa dan sakit berulang harus diterima dengan lapang dada.

Namun akhirnya, Aleta mengetahui jawab yang selama ini ingin didapat. Kehadiran Kak Ferdi semata-mata hanya sebagai penenang di kala dia patah karena Rafa.

Kini, tak ada lagi takdir yang dipercaya oleh gadis itu. Jalan yang sama, membubuhkan tinta menyakitkan yang teramat menyiksa. Hidupnya sudah sekarat, ditimpa luka yang berkarat; selamat, atas hati yang tertinggal tanpa kepedulian.