Sinopsis :
Menggulai Tuhan dengan Kopi Kemunafikan, menggambarkan tidaklah mudah menjadi pemimpin.
Berdiri di atas mimbar memberi pencerahan,
Tidaklah semudah membalik telapak tangan.
Jika hati masih menyisakan sebutir sisa makan kedengkian ala hewan.
Jika mata masih terpana pada kecantikan dan ketampanan badan.
Jika hidung masih membau kelezatan senampan kebusukan hidangan.
Jika mulut masih menyantap dengan lahap daging dan buah hasil curian.
Jika tangan masih ditengadahkan dan menggenggam erat suapan uang.
Jika aurat masih diumbar di hotel berbintang dan warung remang.
Jika kaki masih dilangkahkan bermufakat menghidupkan kegelapan.
Sebenarnya engkau bukanlah menanak bubur manis kehidupan.
Sebenarnya engkau menggulai Tuhan dengan kopi kemunafikan.
Masih banyak puisi pada buku kumpulan puisi berjudul Menggulai Tuhan dengan Kopi.
Kemunafikan ini yang layak menjadi koleksi penggemar karya sastra puisi.