Memperebutkan SULAU BAWIN KUWU Si Gadis Dayak Pingitan di Betang Penda Tangaring
Penulis : RIZALI HADI
Ukuran : 14 x 21 cm
ISBN : 978-623-421-265-5
Terbit : Agustus 2022
Harga : Rp 136000
Sinopsis :
Buku ini mengisahkan perantauan seorang pemuda dari di Puruk Cahu yang ikut menyingkir akibat kekalahan mereka dalam Perang Barito ke Sungai Katingan.untuk menyusun kekuatan kembali. Mereka dipimpin oleh Panglima Batur, diikuti oleh Ledong Abulhasan, Dipai, Nurhusin, Markaban dan Salundik. Namun kemudian Panglima Batur dipanggil pulang ke Muara Teweh untuk berunding, tetapi nyatanya ditipu Belanda, ditangkap, disidang dan dihukum gantung. Mereka yang tertinggal di Katingan, akhirnya berbaur dengan penduduk setempat, kawin dan berkehidupan
Pemuda Salundik setelah melalui pertapaan, kemudian berganti nama menjadi Lohong, hanya dia yang belum kawin. Dia melanjutkan perjalanannya mudik ke hulu Sungai Katingan. Di Betang (rumah tinggi dan panjang) Penda Tangaring, dia melihat anak gadis kepala suku, Sulau namanya yang cantik jelita. Sulau adalah gadis pingitan atau Bawin Kuwu yang selalu dijaga oleh dayang dan pengawalnya. Banyak pemuda melamarnya dari beberapa desa atau betang sepanjang Sungai Katingan dan Sungai Samba, anak Temanggung Mangkikit, anak betang Rantau Bahai, anak Temanggung Tabera, anak betang Labihing. Karena banyaknya pelamar, Sawang ayah Sulau berunding dengan saudaranya di betang Tumbang Gagu, Antang Kalang. Akhirnya diputuskan dipilih dengan sayembara, siapa bisa melompat ke atas betang tinggi dengan sekali lompatan “tangkeru sinde” setelah melewat pula beberapa rintangan, dia lah pemenangnya, berhak menjadi suami Sulau.
Dalam sayembara itu dimenangkan oleh Lohong. Sulau dan Lohong dikawinkan dengan pesta meriah. Pemuda yang kalah, tidak senang, bahkan menuduh sayembaranya curang. Mereka berusaha mencelakakan Lohong dan Sulau. Sewaktu mereka milir menggunakan jukung untuk ke Tumbang Samba menemui kawan-kawan Lohong dari Barito dahulu, bersama Simpei, Kilat, Umbing dan Sangalang. Mereka dihadang di Riam Mangkikit. Riam Mangkikit adalah alur sempit berbatu dan arus deras, sudah banyak yang menjadi korban karena jukungnya karam. Demikian juga jukung Lohong, karena penghadangan ini konsentrasi mereka terganggu, akhirnya menabrak batu dan karam. Anak buah pendayungnya hilang meninggal, Lohong hanyut tenggelam mereka kira sudah mati padahal selamat dibantu “sahabatnya” sampai ke Tumbang Samba. Sulau terdampar di ujung Buntut Mangkikit, yang kemudian dibawa diobati ke Betang Mangkikit oleh dukun Selong.
Sulau sembuh tetapi sedih karena menurut orang Betang Mangkikit, semua yang dalam jukung itu telah meninggal termasuk suaminya Lohong. Sulau akan dikawinkan dengan Tangkasiang anak Temanggung Mangkikit. Kawannya Tunjung, Sangen, Nyahu, Lunju dan Rambang protes, karena perjanjiannya mereka harus sayembara lagi siapa yang berhak menjadi suami Sulau. Terjadi lagi perang tanding yang dimenangkan oleh Tangkasiang. Bersamaan dengan itu kawan-kawan Lohong di Tumbang Samba setelah mengetahui permasalahannya, mengatur siasat untuk merebut Sulau kembali.
Karena Lohong memiliki sahabat orang ghaib yang membantunya, akhirnya Sulau dapat direbut kembali. Berbahagia lah Lohong dan Sulau yang kemudian hidup berumah tangga di Tumbang Samba. Suatu kegembiraan luar biasa, suatu hari Lohong dikunjungi oleh ayah ibu dan saudaranya dari Puruk Cahu, Muara Teweh, Metar, Tuwin dan Lamus, yang kemudian menetap pula di Tumbang Samba, kampung mereka diberi nama Samba Bakumpai.
Email : guepedia@gmail.com
WA di 081287602508
Happy shopping & reading
Enjoy your day, guys