kehidupan seseorang adalah keputusan dirinya, tidak ada yang bisa memutuskan kehidupan seseorang dimana dia harus melabuhkan cinta, dan berakhir dengan cinta siapa. tetapi perlu di ingat, meski memang berjalannya kehidupan ada di tangan masing-masing, tetapi tidak dapat terlepas dengan takdir tuhan, bagaimana pandangan tuhan mengenai pilihan kita, meski terkadang menurut pandangan kita baik belum tentu menurut pandangan-nya sama, karna ia memiliki rancana yang lebih baik untuk kedepannya.
Terkadang rasa kecewa hinggap karna sesuatu hal yang belum di selidiki dengan pasti, untuk apa dan alasan apa sesuatu itu terjadi, karna perasaan berburuk sangka terlalu bersarang dalam hati, hingga tidak ada kesempatan untuk berbaik sangka menyelesaikan masalahnya.
Dan akibat dari berburuk sangka terhadap tuhan azyyati terkapar di ruang icu, menjalani kehidupan-kehidupan kritis, seolah antara hidup dan mati di pertaruhkan dalam keadaan itu, padahal tuhan hanya ingin memberikan peringatan bahwa keputusan itu salah, sehingga kembali dan mendekap-nya adalah pilihan terbaik.
untung saja kehilapan itu tidak mengakar dalam hati azyyati, sehingga ada kesempatan untuk kembali mendekap tuhannya. ketika mendekap dan menyadari kesalahannya kepada tuhan, seketika kehidupannya pun kembali memihak, memihak dari segi kehidupan bahkan keinginan.
Setelah keadaan kembali, Dalam hati azyyati mulai tersirat perasaan “cukup dialah yang mengerti dan tuhannya, tidak perlu mengungkapkannya secara langsung, karna tuhannya telah mengerti dan mengetahui isi hatinya”. bahkan azyyati baru menyadari bahwa tuhannya lah yang lebih mengerti akan perasaannya.