SURAU DAN MANUSIA AKHIR ZAMAN


Harga : Rp.106,000

Berat : 350 Gram

Penulis : DODI SAPUTRA

Jumlah Pembelian




JUDUL BUKU              : Surau & Manusia Akhir Zaman  

PENULIS                      : Dodi Saputra

PENERBIT                    : GUEPEDIA

ISBN                              : 978-623-7136-88-0

TAHUN TERBIT            : Maret 2019

JENIS BUKU                 : Buku agama islam, Non Fiksi.

KONDISI BUKU             : BUKU BARU / BUKU ORIGINAL ASLI, LANGSUNG DARI PENERBITNYA

Sinopsis :

Kembali ke surau merupakan solusi terbaik untuk umat akhir zaman. Di tengah hiruk-pikuk ulah manusia saat ini, mereka mencari petunjuk dari lingkungan sekitar. Ternyata surau di dekat rumah mereka pun butuh sentuhan tangan orang-orang saleh dari lintas usia. Penduduk perlu ajakan khusus agar surau makin ramai. Tak hanya itu, anak-anak juga menanti sapaan lembut orang tua agar mereka menjadi generasi dambaan umat.

Anak manusia dilahirkan orang tua dengan berbagai karakter. Orang tua berbudaya edukasi dapat mendidik anaknya berbudaya baca hingga sepanjang usia. Budaya mendidik yang diharapkan adalah bersendi syarak. Hal itu dapat dilakukan dengan menyaksikan fenomena masyarakat pembaca dan pembeli buku. Orang tua semakin cerdas adalah mereka yang rajin membaca dan buku dan alam sekitar. Itulah bekal untuk mendidika anka menjadi anak berbakti. Diawali dengan menggunakan bahasa persuasi anak menuju surau. Selain keluarga, surau menjadi tempat pembentukan akhlak manusia. Terkadang manusia harus diberikan teguran dalam perilaku hidup sehat. Juga pada budaya konsumtif pokok dan rokok.

Penulis mengajak pembaca melihat potret cerminan warga berbudaya di Sumatera Barat. Di antaranya, bundo kanduang yang bukan bundo sanduang. Kemudian belajar mengenal dunia tulisan, yang didalamnya terdapat dunia kejujuran. Itulah salah satu modal agar manusia memperhatikan dengan siapa dia bergaul. Selain itu manusia juga perlu memperhatikan etika dan estetika berbusana di era masyarakat ekonomi asean.

Buku ini berusaha menggairah literasi di ranah Minang dan di daerah perantauan. Mereka yang hidup di zaman ini ibarat seorang imam dan makmum yakni pengingat makna solidaritas. Mereka yang gemar merantau ibarat bangau dalam Minangkabau harus melihat ketika ranah Minang diwarnai pendatang. Mereka dituntut untuk menyiapkan benteng dalam diri berupa menghidupkan rumah penghapal alquran, mengindahkan bahasa lisan terhadap anak, membudayakan magrib mengaji, dan menangkal tindak kriminal, permainan mudharat, dan hiburan malam.