Sinopsis :
aku takut bila air mata Ibu terus menetes dunia ini akan
harum selamanya
"Berhentilah menangis bu,"
Ibu menimbah kembali air matanya yang telah tumpah
"Bu, bukankah engkau yang pernah mengatakan kepadaku, bahwa ilmu itu cahaya, jadi, tak selamanyakan cahaya itu bersinar di gedung sekolah, bisa jadi di tempat sampah"
pelukan erat langsung hinggap di tubuhku
ternyata itu pelukan Ibu.. (Dalam Puisi Kutenteng Sepatuku Pulang)
***
oh, pelitaku sekarang
kuakan menjadi pengganti sumbumu
janganlah engkau menyala
tanpa bercahaya
karena akulah yang akan menjelma menjadi sinarmu
dikala pelita lain lebih terang darimu (Dalam Puisi Baktiku Wahai Pelita)
***
jika masih ada cinta
yang bercahaya di jiwa ini
kenapa tidak mengubur saja benci yang menggelapkannya,
kenapa? kenapa? kenapa? (Dalam Puisi Jika dan Kenapa)
Terkadang ranting-ranting kayu hanya bergelantung di dahan pohon, kemudian patah dihempas angin rindu, ranting-ranting itu pun tergeletak di tanah. Sampailah pada akhirnya embun menemani dan memungutinya, menjadi puisi-puisi yang terhimpun dalam buku ini.