Sinopsis
Dalam buku ini terdapat berbagai judul yang beragam. Penulis mencoba ikut berpartisipasi menyikapi persoalan aktual yang hadir dikala itu secara sederhana saja, halus, dan satir. Membawa model guyonan embongan khas warung kopi. Namun tetap berupaya melakukan aktualisasi dengan keadaan yang ada.
Tengoklah misalnya ada judul Senyum Putri Indonesia, dimana penulis secara halus menyampaikan kritik mengenai ketulusan orang senyum serta pakaian yang dikenakan para putri Indonesia itu tampak ada yang kelihatan buah dadanya sangat melorot kebawah, lantas di-blur atau disensor. Padahal yang menyaksikan di gedung acara bisa menyaksikan secara jelas buah dada yang di-blur itu.
Penulis juga ikut mengomentari LGBT hanya dengan cukup melempar pertanyaan sederhana namun sangat mengena ruhani dan akal sehat: Orang yang bagaimanakah yang begitu antusias mendaftarkan diri menjadi kaum LGBT? Itulah yang ditulis oleh penulis dalam judul Malam Bulan Purnama.
Penulis juga memaparkan prihal Maulid Nabi dalam judul Menengok Masa Lalu, Bunga Maulid. Juga mengenai Agustusan dan Idul Adha yang tertuang dalam Manusia Agustusan serta Percakapan Idul Adha. Ada juga Kemerdekaan Full Day School yang berisi saran untuk tidak memaksakan FDS. Juga ada kecintaan penulis kepada tokoh nasional dalam judul Ahlan wa Sahlan Cak, sebuah tulisan sambutan saat Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) datang ke Banyuwangi. Juga ada judul Semangat Mempelajari Gus Dur, dimana penulis sangat bangga jika ada orang yang mau mempelajari orang lain karena kebanyakan orang sekarang hanya dirinya sendiri saja yang ingin dimengerti. Juga Sujiwo Tejo di Untag Banyuwangi, sebagai semacam opini reportase yang disajikan sangat apik oleh penulis.